Salat Tarawih adalah salat malam yang dilakukan hanya selama bulan Ramadhan. Hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang dikuatkan) yang mendekati wajib karena kekhasannya dengan bulan Ramadhan. Kata Tarawih berasal dari bentuk tunggal tarwihah yang berarti duduk sesaat untuk istirahat. Sebab salat ini dilaksanakan malam hari, setelah beristirahat sejenak dari salat Isya. Salah satu riwayat keutamaan salat Tarawih yang populer di bulan Ramadhan 2016 adalah rangkaian pahalanya dari malam pertama hingga malam ketiga puluh.
Dari Ali bin Abi Thalib berkata: “Aku bertanya kepada Nabi SAW tentang keutamaan Tarawih di bulan Ramadhan lalu Beliau berkata: Dosa-dosa orang yang beriman keluar darinya pada malam pertama seperti hari dilahirkan ibunya. Di Malam Ke-2 : Dirinya diampuni juga (dosa) kedua orang tuannya jika keduanya beriman. Di Malam Ke-3 : Malaikat memanggil dari bawah arsy ; mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang lalu. Di Malam Ke-4 : Baginya pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur dan al Furqan (al Qur’an). Di malam Ke-5 : Allah memberinya pahala seperti orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjid Madinah dan Masjid Aqsha. Di Malam Ke-6 : Allah memberinya pahala seperti orang yang melakukan thawaf mengelilingi baitul makmur dan bebatuan pun memohonkan ampunan baginya. Di Malam Ke-7 : Seakan-akan dia bertemu Musa as dan kemenangannya atas firaun dan Haman. Di Malam Ke-8 : Allah memberikan kepadanya seperti apa yang telah diberikan-Nya kepada Ibrahim as. Di Malam Ke-9 : Seakan-akan dia beribadah kepada Allah seperti ibadahnya Nabi saw. Di Malam Ke-10 : Allah memberikan rezeki kepadanya kebaikan dunia dan akhirat. Di Malam Ke-11 : Dirinya keluar dari dunia seperti hari kelahirannya dari rahim ibunya. Di Malam Ke-12 : Pada hari kiamat dirinya akan datang seperti bulan di malam purnama. Di Malam Ke-13 : Pada hari kiamat dia akan datang dengan keamanan dari segala keburukan. Di Malam Ke-14 : Malaikat datang untuk menyaksikannya shalat taraweh dan kelak Allah tidak akan menghisabnya pada hari kiamat. Di Malam Ke-15 : Para malaikat dan para malaikat pembawa Arsy dan kursi bershalawat kepadanya. Di Malam Ke-16 : Allah swt menetapkan baginya kebebasan dari api neraka dan dimasukan ke surga. Di MalamKe-17 : Diberikan pahala seperti pahala para Nabi. Di Malam Ke-18 : Para malaikat memanggil Wahai Abdullah,”Sesungguhnya Allah telah meredhoimu dan meredhoi kedua orang tuamu.’ Di Malam Ke-19 : Allah mengangkat derajatnya di surga Firdaus. Di Malam Ke-20 : Dia diberikan pahala para syuhada dan orang-orang shaleh. Di Malam Ke-21 : Allah membangunkan baginya sebuah rumah dari cahaya di surga. Di Malam Ke-22 : Pada hari kiamat ia akan datang dengan rasa aman dari semua kesulitan dan kecemasan. Di Malam Ke-23 : Allah membangun baginya sebuah kota di surga. Di Malam Ke-24 : Dikatakan kepadanya,”Ada 24 doa yang dikabulkan.’ Di Malam Ke-25 : Allah mengangkat siksa kubur darinya. Di Malam Ke-26 : Allah mengangkatnya seperti pahala 40 ulama. Di Malam Ke-27 : Pada hari kiamat ia akan melintasi shirothul mustaqim bagai kilat yang menyambar. Di Malam Ke-28 : Allah mengangkatnya 1000 derajat di surga. Di Malam Ke-29 : Allah memberikan ganjaran baginya 1000 hujjah (argumentasi) yang dapat diterima. Di Malam Ke-30 : Allah berfirman: Wahai hamba-Ku makanlah dari buah-buahan surga dan mandilah dari air salsabila.”
Namun para ahli hadits meragukan keshahihan hadits ini, karena rangkaian pahala yang terdengar berlebihan, sekalipun ini adalah bulan Ramadhan, bulan berlipatgandanya pahala.
Beberapa ciri-ciri hadits palsu menurut para ahlli adalah:
1. Kelebihan yang disebutkan menyamai atau melebihi Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.
2. Kelebihan yang disebutkan tidak sepadan dengan amalan yang dilakukan.
3. Redaksi kata-katanya berbeda dengan lafaz dan susunan kata hadits-hadits shahih yang keluar dari mulut Rasulullah SAW.
4. Hadits ini diawali dengan ‘Ya Ali’, sedangkan para ulama sepakat hanya tiga hadits shahih yang dimulai dengan awalan ini, dan hadits tarawih ini bulan salah satunya.
Al Lajnah ad Daimah menyebutkan bahwa hadits tersebut tidak memiliki landasan dan termasuk dalam hadits-hadits dusta terhadap Rasulullah SAW. (al Lajnah ad Daimah Li al Buhuts al Ilmiyah wa al Ifta’ No. 8050). Wallahu ‘alam bishawab.