Mengenal Para Perawi Hadits

Alquran dan Al-Hadits adalah dua warisan Nabi Muhammad SAW untuk kita sepeninggal wafatnya Beliau. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang jika kamu pegang teguh pasti kamu sekalian tidak akan sesat selamanya yaitu Kitabullah dan SunnahKu. Keduanya tidak akan berpisah hingga menemuiKu di Al Haudh.” Sehingga hadits memiliki kedudukan yang sama kuatnya dengan Alquran sebagai pedoman hidup kita.

Namun berabad-abad kemudian, penyampaian hadits mengalami berbagai distorsi, sehingga kita harus berhati-hati dalam menerima sebuah hadits. Pastikan hadits tersebut shahih (kuat), sebab hadits-hadits populer ada pula yang kedudukannya dhoif (lemah), seperti hadits ‘kebersihan adalah sebagian dari iman’ atau ‘makanlah sebelum lapar, berhentilah sebelum kenyang.’

Kini kita akan mengenal para perawi hadits yang paling terkenal dan paling shahih kedudukannya sebagai sumber pedoman kita kepada sunnah-sunnah Rasulullah:

  1. Imam Bukhari

Muhammad bin Isma’il Al Bukhari Al Ju’fi lahir 19 Juli 810 di Uzbekistan. Beliau telah menulis Kitab Hadits yang memuat 600.000 hadits, yang kemudian disaring lagi menjadi 100.000 hadits shahih. Buku utama karya Beliau, Shahih al-Bukhari terdiri dari 7124 hadits di antaranya. Beliau menghabiskan waktu selama 16 tahun mengunjungi 80.000 perawi untuk menyusun buku ini. Standar penelitian Imam Bukhari terhadap hadits adalah yang paling ketat dibandingkan ulama-ulama hadits lainnya.

  1. Imam Muslim

Muslim bin Al Hajjaj Al Qusyairi merupakan perawi hadits-hadits shahih dengan sistematika penulisan yang disempurnakan dari Imam Bukhari. Kitab Shahih Muslim memuat sekitar 7180 hadits. Berguru pada Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Bukhari, murid-murid Imam Muslim pun merupakan perawi-perawi hadits terpercaya, salah satunya Imam At Tirmidzi.

  1. Imam Tirmidzi

Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi merupakan murid Imam Muslim. Sebagai seorang perawi, hadits-hadits rangkuman Imam Tirmidzi lebih banyak memuat persoalan fiqih dengan penjelasan yang terperinci. Sehingga hadits-hadits Beliau dapat dipahami siapapun, termasuk muslim yang paling awam.