Mempercantik Diri dalam Islam

Pandangan tentang ukuran sejauh mana seorang perempuan boleh mempercantik diri bisa berbeda-beda. Masing-masing individu boleh memiliki pedoman mahzab sendiri dan sapantasnya saling menghargai pilihan-pilihan orang lain.

Namun, pada dasarnya setiap muslim terikat oleh norma-norma yang telah diajarkan oleh agama Islam dan sudah sepantasnya kita semua sepakat dalam hal-hal berikut ini:

Semua perbuatan di luar upacara ibadah boleh dilakukan kecuali yang dilarang oleh Allah SWT

Jadi apapun kegiatannya di luar upacara ibadah boleh kita lakukan seperti hal-hal yang berkaitan dengan berpakaian, olah raga, mempercantik diri, makan, dan lain-lain.

Setiap perbuatan di luar ritual yang tidak dilarang oleh agama, status hukumnya ditentukan oleh faktor motivasi atau faktor niat

Niat yang baik akan melahirkan nilai yang baik, bisa wajib ataupun sunat. Niat yang tidak baik bisa melahirkan nilai yang tidak baik, haram atau makruh. Para ulama sering menyebutnya dengan mubah. Sebut saja nikah yang diatur dalam Islam status hukumnya adalah wajib bagi mereka yang sudah ada ada calon, siap memberikan nafkah lahir batin dan jika tidak menikah dikhawatirkan akan berbuat dosa. Sementara itu, nikah juga bisa bernilai haram atau dosa jika dimulai dengan niat yang tidak baik, seperti menikahi seseorang untuk menyakiti orang lain atau merugikan orang lain. Khusus dalam kaitan mempercantik diri, hukumnya bisa menjadi baik jika untuk menyenangkan dan membahagiakan suami. Mempercantik diri juga bisa berdosa jika diniatkan untuk menggoda pria lain yang bukan mahromnya.

Setiap perbuatan yang dilakukan oleh setiap muslim ataupun muslimah hendaklah mempertimbangkan manfaat

Berpakaian atau mempercantik diri juga bernilai positif apalagi dapat menjadikan seseorang semakin tertarik kepada Islam dan mengajak muslim untuk belajar Islam lebih dalam. Misalnya tokoh atau panutan sudah sepantasnya menampilkan sosok yang simpatik terhadap Islam dan semakin akrab dengan syariat Islam. Jangan sampai seorang tokoh muslimah malah memperlihatkan sosok yang kotor dan kurang bersahabat.

Islam juga menekankan tentang pentingnya keindahan dan kebersihan karena Allah mencintai keindahan dan Allah mencintai kebersihan. Hadist Rasulullah SAW “Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Indah dan menyukai keindahan.”

Islam juga mengajarkan untuk tidak berlebih-lebihan, tidak tabsif atau mubadzir

Setiap orang memang memiliki ukuran mewah yang berbeda-beda, tapi semua makhluk Allah dianugerahi naluri yang cukup peka untuk menilai apakah dirinya sudah berlebih-lebihan atau tidak. Yang dibutuhkan adalah jujur pada diri sendiri karena Allah Maha Melihat.

Ada batasan-batasan yang berkaitan dengan berpakaian seperti aturan untuk menutup aurat, tidak boleh terlalu ketat dan tidak boleh transparan seperti yang dituliskan dalam surat An- Nur ayat 21. Beberapa ritual kecantikan memang masih menjadi perdebatan di kalangan ulama, seperti mengecat rambut, mengikir gigi hingga memotong alis. namun satu hal yang kami sepakati, jangan sampai usaha mempercantik diri malah mempelihatkan kcitra yang negatif bagi muslim itu sendiri. Usaha mempercantik diri juga seyogyanya tidak sampai melahirkan fitnah.

Sebagai seorang muslim yang baik harus selalu berusaha untuk menghindari apa-apa yang dinilai subhat (sesuatu yang diragukan kebolehannya atau sesuatu yang mendekati kepada haram). Islam juga menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, menghargai pendapat orang lain dengan tetap menjaga semangat persaudaraan sesama muslim. Islam tidak membenarkan sikap-sikap yang membenci, menyakiti, sesama muslim walaupun berbeda pendapat, baik dengan pernyataan, tulisan atau sikap keseharian.

Prinsip yang diajarkan oleh Islam, berikan yang terbaik terhadap orang lain, walaupun orang lain tidak memberikan yang terbaik dalam kita. Ingat, wajah yang ramah adalah bagian dari shadaqah. Hormati dan hargai setiap proses yang dijalani oleh orang lain, karena setiap orang menjalani berbagai proses yang berbeda-beda. Seseorang yang hari ini tidak baik, ada peluang untuk menjadi baik di hari esok. Seseorang yang dinilai baik hari ini, bisa juga menjadi tidak baik di hari esok. Disinilah makna Islam sebagai rahmatan lilalamin yang sebenarnya.