Cara Singkat Mengecek Kesehatan Bisnis yang Kita Bangun

22LAIQA-UI23

Bukan hanya badan kita yang perlu diukur tingkat kesehatannya, bisnis kita pun harus rajin “check up”. Karena jangan sampai kita merasa bisnis kita sehat-sehat saja, tapi ternyata sebenarnya menuju sakit, atau malah sudah sakit tanpa kita ketahui.

Beberapa indikator sederhana bisnis kita sehat atau tidak:

1. Revenue

Sesuai terjemahan langsungnya ke Bahasa Indonesia, revenue berarti pendapatan. Berapa banyak yang kita dapatkan dari penjualan kita, dan apakah angkanya mengalami kenaikan dari masa ke masa.

Namun pendapatan yang terus menerus naik bukan berarti suatu bisnis pasti sehat, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi. Teruskan membaca dan kamu akan melihat kenapa pendapatan hanyalah satu faktor dari indikator sukses bisnis kita.

2. Gross Profit Margin

Ini adalah indikator apakah kita sudah membandrol produk atau pelayanan kita dengan benar atau tidak. Cara menghitungnya:

Gross Profit Margin = (Pendapatan – Harga Pokok Penjualan): Pendapatan

Yang dimaksud dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi barang yang kita jual. Misalnya, untuk menjual satu botol shampo, berapa harga bahan baku dan juga harga kemasannya. Yang tidak termasuk dalam HPP adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk atau biasa disebut biaya operasional, misalnya : sewa kantor, gaji karyawan, biaya listrik, dan sebagainya.

Idealnya, Gross Profit Margin ini cukup besar untuk menutupi biaya operasional dan masih menyisakan profit untuk kita

Misalnya pendapatan kita 1,000  dan HPP adalah 400 maka:

Gross Profit Margin = (1,000 – 400):1000 = 60%

3. Net Profit

Ini angka yang sangat penting untuk pemilik bisnis. Artinya adalah berapa uang yang tersisa setelah kamu membayar semua tagihan.

Net Profit = Total Pendapatan – Total Pengeluaran (HPP + Biaya Operasional)

Melanjutkan contoh di No 2, misalnya biaya yang dikeluarkan untuk operasional adalah 350, maka:

Net Profit = 1,000 – (400 + 350) = 250.

Kita harus mengatur sedemikian rupa sehingga Net Profit tidak hanya cukup untuk menjadi sumber penghasilan kita, tapi juga untuk mulai membangun tabungan dana cadangan untuk berjaga-jaga saat bisnis kita sedang dalam kondisi menurun.

4. Net Profit Margin

Angka ini menunjukkan berapa persen dari pendapatan kita yang merupakan keuntungan kita

Net Profit Margin = Net Profit :Total Pendapatan

Merujuk ke contoh di No 3, maka:

Net Profit Margin = 250 : 1000 = 25%

Dari yang tadinya kita mempunyai 60% Gross Profit Margin, ternyata begitu dikurangi biaya-biaya lainnya, menjadi tinggal 25%. Metrik ini bisa membantu kita membuat proyeksi profit di masa yang akan datang.

5. Current Ratio

Metrik ini bisa digunakan untuk melihat apakah bisnis kita mempunyai cash flow yang lancar, kurang, atau tidak lancar.

Current Ratio = Aset Lancar : Kewajiban Lancar

Yang dimaksud dengan aset lancar adalah jenis aset yang dapat digunakan dalam waktu dekat, biasanya satu tahun. Termasuk dalam aset lancar antara lain: uang kas, piutang, investasi jangka pendek.

Sedangkan kewajiban lancar adalah semua utang yang harus dilunasi dalam jangka pendek, biasanya satu tahun; misalnya utang usaha, hutang pajak, pinjaman bank jangka pendek,

Current Ratio idealnya antara 1.5 – 3.  Ini berarti bisnis kamu sangat mampu untuk membayar semua utang. Kalau di bawah 1, harus sangat berhati-hati, karena artinya kamu tidak mempunyai cukup aset untuk membayar tagihan yang di depan mata.

Setelah kita mengetahui angka-angka hasil perhitungan di atas, terutama untuk metrik 1 – 4, terus bagaimana? Bagaimana kita mengetahui apakah angka-angka itu artinya bagus atau tidak?  Caranya adalah dengan melakukan benchmark terhadap kompetitor dan juga industri tempat kita bermain. Dengan melakukan benchmarking, kita akan lebih bisa mengetahui kesehatan bisnis kita dibandingkan yang lain.

Contohnya, berdasarkan perhitungan kita – Net Profit Margin adalah 25%. Tadinya kita senang karena merasa angka tersebut cukup tinggi, tapi ternyata setelah melakukan benchmarking, rata-rata industri ada di 35%. Berarti ada yang harus diperbaiki dari cara kita melakukan bisnis.

Bagaimana caranya melakukan benchmarking? Selain membeli data ke perusahaan riset, yang biasanya cukup memakan biaya, ada hal-hal lain yang bisa kita lakukan

  1. Tanya sesama pemilik bisnis

Cari pemilik bisnis yang mirip dengan bisnis kita, tapi bukan merupakan saingan langsung. Misalnya, berbeda area, berbeda umur target konsumen, dan sebagainya

  1. Bergabung di asosiasi industri

Apabila bisnis kamu ada asosiasi resminya, bergabunglah. Selain bisa mendapatkan network baru, biasanya asosiasi industri juga rajin berbagi data dan tren terbaru mengenai industri yang bersangkutan

  1. Baca artikel atau majalah bisnis

Portal atau majalah bisnis sering mengeluarkan liputan khusus mengenai suatu industri, atau target konsumen tertentu. Ini bisa jadi dasar untuk membuat asumsi mengenai apa yang sedang terjadi di industri tersebut.

Yang penting, kita harus rajin-rajin mengecek kesehatan bisnis kita. Jangan sampai situasi sudah mulai memburuk baru kita menyadari bahwa bisnis kita sedang sakit. Memang kalau belum terbiasa, kesannya rumit. Apalagi kalau kamu tidak menyukai angka. Tapi itu wajib sekali dikerjakan, karena sama seperti kesehatan kita, selalu lebih baik mencegah daripada mengobati.

Jadi, segera cek kondisi bisnis kamu. Karena bisnis yang sehat, sedikit banyak akan membuat pemiliknya jadi lebih sehat, karena jadi tidak stres memikirkan bisnis yang sakit.

Teks: Desy Bachir