Takdir terkadang membawa kita ke tempat-tempat yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Bahkan untuk bermimpi pun, saya tidak pernah membayangkan Vietnam menjadi salah satu negara yang akan saya kunjungi. Jika bukan karena Kompetisi Paduan Suara yang harus saya ikuti bersama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, mungkin saya tidak akan pernah menemukan keindahan dari negara Vietnam.
Vietnam adalah negara pertama dalam perjalanan perdana saya ke luar negeri dalam rangka mengikuti The 3rd Vietnam Choir Competition yang dilaksanakan di kota Hoi An, provinsi Quang Nam, Vietnam. Awalnya, saya tidak memiliki bayangan tentang tempat-tempat yang akan saya kunjungi dikarenakan tujuan awal saya pergi kesana memang bukan untuk liburan. Melalui informasi dari internet, saya menemukan bahwa Hoi An adalah salah satu kota wisata yang terkenal dengan “The Ancient Town”-nya dan sudah diakui oleh UNESCO Heritage. Meski tujuan utama kami bukan untuk berlibur, saya dan teman-teman tetap ingin menikmati suasana kota Hoi An dengan maksimal.
Inilah beberapa catatan penting selama tujuh hari menetap di Hoi An, Vietnam.
What To Bring
Perjalanan dilakukan di musim panas bulan Juni. Matahari Vietnam bersinar dua kali lebih terik dibanding Indonesia, bahkan ada satu hari dimana panas udara siang nyamencapai 40 derajat celcius. Baju berbahan tipis, topi, kacamata hitam, dan berbagai perlengkapan yang bisa memberikan kenyamanan untuk berjalan-jalan adalah solusinya. Sebagai negara berkembang, belum banyak tempat di Vietnam yang menerima pembayaran menggunakan kartu kredit berlogo Visa maupun MasterCard. Untuk itu, sebaiknya tukar Rupiah dengan Vietnam Dong sebelum berangkat ke Vietnam. Untuk berjaga-jaga, kita juga bisa menukarkan mata uang Rupiah ke Dollar Amerika, karena kebanyakan tempat wisata dan pusat perbelanjaan menerima transaksi dengan Dollar Amerika.
Where To Stay
Terdapat banyak hotel di Hoi An untuk para wisatawan. Saya bersama tim paduan suara menginap di sebuah hotel sederhana bernama Khach San Cat Bien Hotel. Hotel ini merupakan salah satu dari fasilitas event package yang diberikan oleh penyelenggara kompetisi. Meski sederhana, pelayanan di hotel ini bisa terbilang baik. Demi menghormati kami yang merupakan orang-orang Muslim, pegawai di Hotel ini menyiapkan sarapan yang bebas dari daging babi. Selain itu, jarak dari hotel ke pantai sangat dekat; hanya 3 menit berjalan kaki. Letaknya yang strategis menjadi alasan saya untuk tetap menginap di hotel ini jika suatu saat saya kembali.
What To Eat
Mencari makanan halal di Vietnam bisa dibilang susah susah gampang, karena mayoritas warga Vietnam beragama Bhudda dan atheis. Kami mengira akan sangat sulit untuk menemukan makanan-makanan halal. Kami sendiri pun sudah mempersiapkan perbekalan dari Indonesia untuk berjaga-jaga. Meski begitu, di Hoi An terdapat beberapa Restoran India dan Malaysia yang menyediakan makanan halal, bahkan terdapat supermarket bernama Bach Dang yang menyediakan beberapa produk makanan Indonesia dengan label halal. Ada juga beberapa mie instant asli Vietnam yang memiliki label halal sehingga kami tidak ragu memutuskan untuk membelinya sebagai perbekalan di hotel. Ada juga beberapa restaurant di Hoi An yang menyajikan kangkung dengan cita rasa Indonesia. Selain itu, banyak makanan khas Vietnam seperti Fried Wonton dan White Rose yang disajikan di Restauran Muslim India sehingga kita bisa tetap mencicipi kuliner Vietnam tanpa mengkhawatirkan nilai halalnya.
How To Go
Sebagai kota kecil Hoi An bisa dikelilingi dalam waktu dua hingga tiga hari saja. Disana tidak ada angkutan umum seperti bus kota ataupun angkot melainkan sepeda, sepeda motor, perahu, dan taksi. Untuk menikmati Hoi An dengan murah meriah, kita bisa menyewa sepeda dari pagi hingga sore. Kita hanya perlu menelepon tempat penyewaan sepeda dan mereka akan membawakan sepeda yang kita pesan ke hotel tempat kita menginap. Kami memesan sepuluh hingga lima belas sepeda untuk berjalan-jalan di hari terakhir kami. Selain bisa menikmati keindahan kota Hoi An, kita dapat mampir ke tempat-tempat tertentu dengan bebas.
Selain sepeda, kita juga bisa memesan taksi. Ukuran taksi Hoi An yang besar mampu menampung lebih dari enam orang. Luas wilayah kota Hoi An yang kecil membuat tarif harganya pun tidak terlampau mahal. Perjalanan lima belas menit hanya mencapai 60.000 dong. Dengan jumlah orang yang banyak di dalam taksi, kita bisa membagi harga dan tak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk masing-masing orang.
Where To Go
The Ancient Town
The Ancient Town merupakan tujuan wajib di Hoi An. Kota tua ini merupakan sebuah area wisata dimana bangunan rumahnya merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional abad 19 dan 20 yang umumnya dibangun dengan bahan dasar kayu. Pada siang hari, The Ancient Town merupakan pusat perbelanjaan souvenir barang-barang khas Vietnam seperti souvenir patung, piring keramik, dan mangkuk antik. Para wisatawan sering terpikat untuk membeli sutera di pasar yang terletak di samping sungai tersebut. Kain sutera yang kita beli bisa langsung dibuatkan baju, celana, kemeja hingga topi dengan harga yang sangat terjangkau. Selain barang-barangnya yang unik, harga pun bisa ditawar. Selain itu, kawasan ini juga menawarkan keunikan kuil-kuil tua yang bisa kita masuki dengan gratis. Bagi penikmat sejarah, pasti akan menikmati berbagai bangunan sisa sejarah seperti jembatan tradisional dan museum-museum tua di The Ancient Town.
Suasana The Ancient Town di malam hari tak kalah serunya. Tanpa pencahayaan lampu, kota ini dihiasi oleh lampion-lampion buatan tangan yang dipasang di setiap sudut kota. Itulah alasannya mengapa The Ancient Town juga disebut sebagai The Lanterns Town. Tak heran jika kota ini jauh lebih penuh oleh wisatawan saat malam tiba.
Cua Dai Beach
Bagi para pecinta alam, Cua Dai Beach merupakan pantai yang harus dikunjungi. Selain jaraknya yang terdekat di Hoi An, pantai ini merupakan salah satu pantai terpanjang dengan pasir putih yang menghiasi pesisi pantai. Air lautnya yang jernih dengan ombak yang bersahabat membuat para wisatawan tergoda untuk berenang. Hari terakhir kami habiskan dengan menikmati keindahan pantai ini sejak pagi. Banyak kuliner seafood yang bisa kita nikmati di pinggir pantai. Jika kita mengunjungi pantai ini pada jam 5 – 6 pagi, kita bisa melihat matahari terbit dan menikmati air laut yang masih tenang. Menuju sore, pantai ini menjadi semakin ramai oleh wisatawan yang bersiap membuat pesta pantai di malam hari.
Berawal dari ekspektasi yang tidak terlalu tinggi dengan kota ini, saya justru berakhir dengan sebuah kesan dan pengalaman yang mendalam akan keindahan yang baru saya temukan. Untuk selanjutnya, bukan ide buruk untuk memasukkan Vietnam ke dalam daftar negara yang wajib kita kunjungi untuk menemukan keindahan-keindahan tersembunyi lainnya.
Teks: Denisa Prameswari Rosandria