Travel light is a must. Kita umumnya mengartikannya dengan istilah “praktis” karena kita hanya menenteng 1 koper atau 1 backpack saja. Namun, saya justru menemukan arti lain yang lebih mendalam. Sudah selayaknya traveling itu selain ringan di jinjing, juga ringan di dompet. Tidak percaya? Yuk, simak 2 kisah Kalila dan Rima dibawah ini.
Kasus 1: Traveling by Debt
Kalila, 28 tahun, dilanda galau tingkat dewa setelah menerima tagihan kartu kreditnya. Tagihan liburan 5 bulan lalu ke Raja Ampat bersama teman-teman belum selesai ia lunasi, namun tagihan liburan akhir tahunnya ke Jepang sudah unjuk gigi. Dia perlu waktu setahun untuk melunasi 2 tagihan liburan tersebut, tanpa menggesek tagihan baru dan hanya bisa melunasi sebesar minimum payment-nya saja. Menyedihkan. Kulit hitam seksi yang sempat ia banggakan sepulang liburan dari Raja Ampat, sudah kembali putih, sementara tagihannya mengancamnya selama setahun kedepan.
Kasus 2: Travelling with Worries
Rima, 26 tahun, dengan bangga memajang foto-foto jepretannya selama travelling di akun instagram miliknya. Aksinya yang mengundang iri teman-temannya itu ternyata diam-diam membuat Rima deg-degan. Pasalnya, Rima nyaris tidak punya tabungan. Saldo tabungannya selalu ludes digunakannya untuk liburan. Rima bahkan tidak memiliki dana darurat jika terjadi sesuatu yang sifatnya emergency.
Familiar dengan kisah Kalila dan Rima? Kita semua sepakat, tujuan traveling adalah untuk menghilangkan penat pekerjaan dan aneka deadline di kantor. Maka itu, traveling seharusnya refreshing, yet recharging our energy and spirits. Tapi jika kasus di atas terjadi, apakah kita bisa semangat kembali bekerja? Dimana esensi travel light yang sebenarnya jika pulang berlibur malah berbuah kepala pusing. Saya yakin, Kalila dan Rima mungkin selama liburan tidak menenteng barang yang merepotkan. Tapi mereka lupa, travel light juga berarti tidak merepotkan dompet sepulang liburan.
Plan Your Dreams!
Tanpa perencanaan yang baik, jangan heran jika biaya yang kita keluarkan akan jauh lebih mahal dan bahkan berpotensi pada masalah utang. Yuk, kita ikuti step berikut ini agar liburan berikutnya menjadi liburan yang benar-benar stress free!
Step 1: Tentukan Destinasi Liburan
Tentukan tidak hanya tempat tujuan tetapi juga berapa lama kita akan berlibur. Tentukan apakah kita akan menggunakan jasa biro perjalanan atau tidak. Keunggulan menggunakan biro perjalanan adalah kita tidak perlu repot menentukan akomodasi, tiket, makan, dll. Semua sudah termasuk dalam harga paket tour. Kelemahannya, kita tidak bisa menentukan berapa lama berada di suatu tempat karena semua sudah diatur oleh biro perjalanan.
Kapan liburan ini akan dieksekusi? 1 tahun lagi? 3 tahun lagi? Penting menentukan waktu ini agar kita bisa menentukan instrumen investasi yang tepat untuk mencapainya dan berapa besar tabungan yang perlu disisihkan secara regular.
Jika menggunakan jasa biro perjalanan, silakan langsung ke step 3. Jika melakukan liburan secara independen, lanjutkan ke step 2.
Step 2: Budget Based Itinerary
Ketika kita memutuskan untuk berlibur independen tanpa biro perjalanan, maka langkah berikutnya adalah menyusun budget liburan. Agar mudah, kita buat budget sesuai itinerary. Misalnya saja berencana untuk berlibur ke Kuala Lumpur-Singapore-Bangkok. Jika kita berencana liburan ke Eropa atau Amerika, tentunya biayanya akan lebih besar. Mulailah cari informasi dari sekarang berapa besarnya budget untuk setiap komponen biaya tersebut.
Step 3: Tentukan Instrumen Investasi yang tepat
Setelah mengetahui berapa budget liburan, kita tinggal menyiapkan dananya lewat instrumen investasi yang tepat.
a. Tiket pesawat; dengan menyiapkan liburan jauh hari, kita bisa mendapatkan harga tiket promo yang jauh lebih murah,b. Transportasi lokal di daerah tujuan;c. Akomodasi; kita bisa menentukan apakah akan tinggal di hotel atau hostel. Walaupun hanya berbeda satu huruf ‘s’ saja dalam penulisannya, antara hostel dan hotel memberikan dampak yang signifikan terhadap budget. Jika kita ingin liburan dengan nyaman dan mewah, maka hotel pilihan kita. Namun, jika kita hanya memerlukan tempat istirahat yang aman dan relatif nyaman, hostel bisa menjadi pilihan bijaksana. d. Biaya makan dan minum; pastikan kita hanya mengonsumsi makanan halal e. Fiskal; termasuk diantaranya airport tax f. Asuransi perjalanan; g. Uang saku; termasuk budget untuk membeli souvenir dan oleh-oleh. h. Biaya tak terduga; kita bisa menganggarkan biaya lain-lain sebesar 15% dari total budget Semua biaya telah dikonversi menjadi Rupiah |
Misalkan, untuk liburan ke Kuala Lumpur-Singapore-Bangkok, kita bisa memilih beberapa alternatif pencapaiannya sebagai berikut.
- Mulai berinvestasi sebesar Rp 500,000 per bulan, disisihkan dari gaji bulanan dan ditempatkan dalam reksadana pasar uang, atau;
- Budget liburan ini bisa menggunakan bonus tahunan atau THR dan menyisihkannya sebesar Rp 6 juta setiap tahunnya, atau;
- Jika kita memiliki sejumlah tabungan sebesar Rp 11 juta sekaligus, bisa kita simpan selama 2 tahun dalam reksadana pasar uang tanpa top up investasi.
Jujur Pada Diri Sendiri
Setelah melihat ilustrasi diatas, mari kita jujur pada diri kita sendiri, mana yang kita pilih? Liburan dadakan tanpa perencanaan matang tapi ujungnya berutang seperti Kalila? Atau liburan bebas utang tapi tetap deg-degan karena sepulang liburan kita malah bokek? Atau kita memilih cara cerdas berkomitmen untuk berinvestasi menyiapkan dana liburan jauh hari?
So, let’s travel light – on baggage and also on budget!
Teks oleh Eka Agustina, SE.,Ak, CFP