Dokumentasi from : Google
Satu hal yang patut saya syukuri adalah keberadaan saya di bumi pertiwi Indonesia. Terlahir di negeri zamrud khatulistiwa ini menjadi kebanggan tersendiri. Alamnya yang mempesona terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sangat disayangkan jika saya melewatkan penjelajahan keindahan alam negeriku, Indonesia.
Saya memulai perjalanan menakjubkan ini dari Jakarta bersama beberapa orang teman lainnya. Berangkat dari stasiun Pasar Senen menggunakan kereta api Brantas jurusan Kediri. Tujuan kami adalah stasiun Poncol, Semarang. Kereta ini berangkat pada pukul 4 sore, dan kami turun di stasiun Poncol, Semarang pukul 12 malam.
Kami melanjutkan perjalanan menggunakan truk menuju desa Selo yang berada di kabupaten Boyolali. Perjalanan ini memakan waktu kurang lebih 3-4 jam. Desa Selo terletak di kaki gunung Merbabu. Setelah beristirahat, membersihkan badan dan melakukan perizinan di rumah penduduk yang menjadi pengurus perizinan untuk mendaki, kami bersiap untuk melakukan pendakian. Kami memulai pendakian pada pukul 8 pagi. Karena selama perjalanan kami tidak akan menemukan mata air, setiap orang harus membawa paling sedikit 3 botol air mineral ukuran 1,5 liter.
Pendakian diawali dengan melintasi area perkemahan yang sangat luas yang ditumbuhi pohon-pohon pinus. Kami mulai memasuki kawasan hutan. Jalur pendakian masih cukup landai, namun banyak dijumpai pertigaan, maupun perempatan jalur menuju perkampungan penduduk. Untuk menuju ke jalur yang benar, kami memilih jalur yang paling lebar. Berjalan sekitar satu jam akan sampai di perempatan jalur. Dari perempatan jalur yang landai kami melintasi hutan. Disana kami berjumpa dengan sungai kering yang berisi pasir. Setelah berjalan sekitar satu jam dari sungai kering, kami menemukan jalur yang sangat terjal yaitu mendaki bukit pertama dan sampailah kami di tikungan. Para pendaki menyebutnya tikungan macan. Di tikungan macan ini kami bisa memandang ke arah jurang yang masih diselimuti hutan yang lebat.
Dari tikungan macan jalur mulai sedikit terbuka, namun masih melintasi hutan yang sudah tidak terlalu lebat lagi. Jalur terus menanjak, dan sekitar setengah jam berikutnya jalur mulai agak sulit dan semakin terjal. Kurang lebih satu jam dari tikungan macan kami tiba di lokasi yang dinamakan Batu Tulis atau Sabana I. Sabana I adalah tempat terbuka yang cukup luas, di tengahnya terdapat sebuah batu yang cukup besar. Pemandangan indah di Sabana I adalah pengobat lelah untuk kami, terdapat banyak bunga edelweis yang bisa digunakan untuk tempat berteduh.
Setelah melalui Batu Tulis, mulai terlihat padang rumput yang sangat terjal dan berdebu. Tapi, puncak Gunung Merbabu masih belum terlihat, karena kami masih harus melewati empat bukit yang cukup terjal untuk sampai di puncak utama. Setelah dua jam berjuang melintasi medan yang berat dan terjal, kami sampai di puncak bukit kedua, selanjutnya turun dan melintasi padang rumput.
Pemandangan di sekitar padang rumput ini sangat indah, seperti bukit-bukit teletubies. Kami pun menaiki bukit ketiga, kemudian turun lagi, dan sampailah kami di tempat yang dinamakan Jemblongan. Tempat yang banyak ditumbuhi edelweis yang besar dan rapat, sehingga membentuk hutan yang sangat rindang. Kami beristirahat sejenak di tempat ini.
Dari Jemblongan kami kembali harus berjuang untuk mendaki bukit yang sangat terjal, licin, dan berdebu. Pemandangan alam di sini cukup menghibur, kami bisa melihat Gunung Kenong di sebelah kiri.
Waktu terus berlalu, udara mulai terasa dingin dan matahari sudah mulai terbenam. Kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda di Sabana II, karena hari sudah mulai gelap.
Keesokan harinya kami bisa melihat betapa indahnya Sabana II, kami bisa melihat Gunung Merapi, padang rumput dan bukit yang begitu indah. Sekaligus kami melihat pemandangan yang mencengangkan, karena kami memandang jalur medan terjal yang sudah kami lalui untuk menuju puncak Gunung Merbabu. Maha Besar Allah yang telah menciptakan segala keindahan alam ini. Semua yang kami lihat saat itu menjadi bahan tafakur yang sangat mendalam.
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu tidak memperhatikannya ?”(Q.S. As-Sajadah ayat 4)
Kami memulai pendakian kembali pukul 9 pagi. Setelah melewati jalur yang sangat landai dan cukup licin selama kurang lebih 2 jam, kami tiba di puncak 1 Gunung Merbabu. Cuaca cukup terik saat itu. Untuk menuju puncak Kenteng Songo harus berjalan sekitar 15 menit ke arah Timur.
Dari puncak Kenteng Songo, kami dapat melihat Gunung Merapi yang terasa dekat. Dari arah barat kami bisa melihat Gunung Sumbing dan Sundoro. Kami juga bisa melihat lautan awan putih yang terasa sejajar dengan kami di bawah langit yang sangat biru. Perasaan lega, haru dan bahagia bercampur menjadi satu. Perjuanganku untuk mencapai puncak terbayarkan dengan pemandangan menakjubkan yang disajikan dari puncak gunung. Hal ini yang membangkitkan semangat untuk kembali menjelajahi pegunungan Indonesia lainnya yang tidak kalah hebat. Janganlah jauh-jauh berpergian ke negeri orang jika kamu belum mengunjungi keindahan alam negerimu sendiri yang dikenal dunia dengan sebutan heaven earth. Salamku dari gunung merbabu 3142 MDPL, Jawa Tengah.
Doa Melihat Keindahan Alam
“Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa ‘adzaaban naar”.
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka”.
Quote
- Earth and sky, woods and fields, lakes and rivers, the mountain and the sea, are excellent schoolmasters, and teach some of us more than we can ever learn from books – John Lubbock
- In all things of nature there is something of the marvelous. – Aristotle
Teks by : Dhika
Sumber from : Laiqa Magazine