Batik merupakan teknik pewarnaan tahan lilin yang diaplikasikan pada kain. Batik dibuat dengan menggambar pola pada kain dengan bahan lilin cair menggunakan alat bernama canting atau cap. Setelah digambar, kain yang telah tertutup lilin tersebut kemudian dicelup warna. Jaman dahulu, pewarnaan dilakukan dengan menggunakan pewarna alami. Namun, karena semakin langka dan mahalnya bahan alami, pewarnaan batik pun beralih menggunakan pewarna sintetik. Pewarnaan sintetik meskipun dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan harga murah, limbah yang dihasilkan dapat merusak lingkungan sekitar industri batik tersebut.
Di awal abad 21, pasar pewarnaan alami dalam industri batik kembali hidup dan berkembang setelah lama terkubur oleh pewarna sintetik. Masyarakat mulai sadar akan dampak kesehatan dan lingkungan yang disebabkan oleh pewarna sintetik. Hal ini menyebabkan permintaan batik pewarna alami mengalami peningkatan. Bahkan, negara-negara Uni Eropa mendorong dan menyarankan pengrajin batik Indonesia untuk beralih ke pewarna alami untuk meningkatkan pasarnya di daerah Eropa.
Untukmu yang menggemari dan ingin menekuni batik dengan pewarna alami, berikut berbagai pewarna batik alami yang perlu kamu ketahui.
Merah
Banyak jenis tanaman dapat memproduksi warna merah. Beberapa diantaranya adalah tumbuhan alkanet dan tumbuhan genus Rubia. Rubia biasanya digunakan oleh penduduk Asia. Buah kaktus juga dapat digunakan untuk memberikan warna merah. Beberapa tumbuhan tersebut memberikan warna merah yang kuat dan tegas. Tumbuhan yang umum untuk pewarna merah lainnya adalah beetroot. Namun, beetroot ini tak bisa digunakan untuk pewarnaan dalam jumlah besar karena warna merah yang dihasilkan kurang kuat.
Jingga
Pewarna alami yang dapat menghasilkan warna merah dan kuning biasanya juga dapat digunakan untuk menghasilkan warna jingga. Untuk yang spesifik menghasilkan warna jingga biasanya digunakan pewarna dari tumbuhan jintan, teh, dan kulit kayu alder.
Kuning
Warna kuning hampir bisa didapatkan dari tumbuhan apapun. Beberapa diantaranya adalah kunyit, kulit delima, safflower, dan kulit bawang. Tak hanya dihasilkan dari tumbuhan yang mudah didapatkan, beberapa pewarna kuning yang terang dan kuat dihasilkan dari kulit pohon oak hitam dan pohon mulberry.
Hijau
Meskipun tumbuhan didominasi warna hijau, namun untuk mendapatkan bahan pewarna alami hijau yang kuat dan terang tidaklah mudah. Pada jaman dahulu, masyarakat menggunakan pewarna biru dari indigo dan pewarna kuning dari kunyit untuk menciptakan warna hijau. Saking sulitnya menemukan pewarna alami hijau yang kuat, para pengrajin melakukan pewarna secara bertahap. Setelah diwarnai biru, kemudian ditambahkan dengan pewarna kuning, atau sebaliknya.
Biru
Pewarna alami biru biasanya dihasilkan dari tanaman genus Indigofera yang merupakan tumbuhan endemik daerah tropis. Untuk daerah beriklim dingin, mereka biasanya menggunakan tanaman Isatis tinctoria. Namun, warna biru yang dihasilkan oleh tanaman ini tak sekuat tanaman indigo.
Ungu
Untuk menghasilkan warna ini, teknik yang dilakukan hampir sama dengan pewarnaan hijau. Namun warna yang dicampur dengan warna biru adalah pewarna merah. Selain teknik bertahap tersebut, terdapat tumbuhan yang menghasilkan warna lavender seperti maple dan mulberry.
Coklat
Warna coklat merupakan salah satu pewarna yang paling awal ditemukan. Warna ini dihasilkan dari pohon akasia. Walnut hitam juga sering digunakan untuk menciptakan warna coklat tua. Jintan tak hanya menghasilkan warna jingga namun juga digunakan untuk membuat warna coklat.
Hitam dan Abu-Abu
Pada jaman dahulu, warna abu-abu dihasilkan dari pohon maple. Para penenun membuat warna hitam dari campuran mineral ochre kuning dan pohon pinon serta pohon sumac.