Allaahumma aghninii bil’ilmi, wa zayyinii bil hilmi, wa akrimnii bittaqwa, wa jammilnii bil ‘aafiyah.
Ya Allah, kayakanlah daku dengan ilmu, hiaskanlah daku dengan ketenangan jiwa dan muliakanlah diriku dengan taqwa dan elokkanlah diriku dengan afiat.
Pernahkah terpikirkan olehmu bahwa apa yang kau nikmati sekarang sebenernya bukan semata-mata sebuah takdir yang Allah persiapkan untuk diri kita. Namun lebih jauh dari itu, apa yang kita terima hari ini adalah buah dari setiap doa yang seringkali kita panjatkan di penghujung malam ataupun selepas menjalankan shalat fardhu.
Dalam islam, kita sering menyebutnya dengan Qadar atau takdir, yang merupakan salah satu rukun iman yang keenam. Sebagai umat muslim sudah sepantasnya kita meyakini keenam rukun ini; Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari akhir dan terakhir Iman kepada Qadha dan Qadar.
Menurut pengertiannya Qadha memiliki pengertian yaitu: hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan Qadha adalah segala ketetapan Allah yang dibuat sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Menerima kalau saya dilahirkan sebagai perempuan, dilahirkan dari kedua orang tua saya adalah salah satu bentuk ketaatan saya akan iman ke enam.
Sedangkan Qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Qadar adalah suatu perwujudan atau kenyataan akan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Saya bekerja di majalah Laiqa bertemu dengan kedua rekan saya adalah sebuah Qadar. Meyakini bahwa suami yang saya nikahi adalah takdir yang Allah siapkan untuk saya adalah bentuk ketaatan saya akan rukum Iman yang keenam, iman kepada Qadhar.
Qadhar ditentukan oleh Allah juga dilihat dari usaha yang dikerjakan oleh manusia itu sendiri. Allah mampu menuliskan takdir seseorang selama umatnya berusaha dan Allah juga yang memiliki kuasa untuk merubah takdir yang sudah disiapkan sebelumnya.
Allah berfirman “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)
Kita menuai hasil dari apa yang kita tanam. Bisa jadi semua takdir yang Allah berikan adalah sebuah doa yang selama ini kita utarakan kepada Allah. Saya berada diposisi sekarang dan sedang melakukan kegiatan ini adalah sebuah rencana Allah dalam menjawab doa yang selama ini saya panjatkan.
Ketika saya bertanya-tanya kenapa saya bisa bertemu dengan sosok orang-orang yang begitu ajaib diluar logika dan nalar berpikir saya, mungkin inilah jawaban Allah atas doa yang saya panjatkan. Allah mengirimkan beberapa orang yang ditakdirkan berada disekitar saya untuk melatih saya agar saya lebih kaya lagi akan ilmu, lebih bersabar dalam menghadapi berbagai karakter manusia, lebih terlatih dalam mengontrol jiwa hingga akhirnya diberikan sosok yang mulia disisi Allah. Amin. Wallahu a’lam.
Terlepas benar atau tidaknya teori saya ini. Coba telaah lagi, doa apa yang sering kamu panjatkan? Bisa jadi Allah sudah mengabulkannya tapi dengan cara yang berbeda, diluar akal logis berpikir manusia. Itu cerita dari doaku, apa doamu?
Teks: Hanna Faridl