Akhir-akhir ini saya sering mendapatkan pertanyaan ataupun pernyataan berkaitan dengan hijab, fashion dan trend. Apakah hijab sekarang bagian dari trend atau fashion? Dan bagi saya, jawabannya adalah bukan keduanya dan tidak akan pernah menjadi keduanya. Hijab adalah komitmen, bentuk ketaatan dan keyakinan kita kepada Allah, bukan karena fashion apalagi karena ikut-ikutan trend.
Perkembangan industri fashion yang begitu pesat 6 tahun kebelakang seolah membuka pintu lebar bahwa hijab bukanlah lagi menjadi halangan untuk menggapai apapun keinginan kita. Berbagai kesulitan yang dulu dialami 6 tahun ke belakang seakan berkurang ataupun menghilang belakangan ini. Senang, antusias, bangga dan bersyukur dengan segala perkembangan ini, tapi saya juga melihat bahwa ada hal yang rasanya kurang sreg jika banyak orang kemudian mengkaitkan hijab dengan fashion ataupun trend. Ijinkan saya memulainya dengan bismillah, semoga pemahaman saya tidak diartikan negatif oleh siapapun yang membacanya.
Saya ingat awal mula menggunakan hijab, memang masih dikelilingi dengan kebingungan seputar bagaimana memilih baju yang tepat. Apalagi ketika kita memulai berhijab disaat hijab tidak lah se-populer saat ini dan mendapatkan baju yang hijab friendly tidak semudah sekarang. Gimana sih orang berhijab kalau ke pantai? Kalau berhijab berenangnya pakai baju apa? Kalau ke luar negeri pakai hijab (terutama ke negara mayoritas non muslim) pasti dilihatin ya? Bule kalau lihat kita berjilbab pasti dikira teroris ya? Kalau pakai hijab susah ngga ya dapat pekerjaan? Serangkaian pertanyaan seputar masalah baju memang menjadi pertanyaan yang seringkali terbersit telebih dahulu apalagi ketika niat untuk berjilbab dimulai dari usia muda, single, dan belum berkarir.
Saya memulai ketertarikan saya terhadap fashion muslim pada tahun 2010 melalui sebuah blog hijabscarf dengan maksud berbagi keseharian berbusana hijab saya sekaligus membagikan beberapa tips fashion berhijab. Sebagai perempuan, saya mengerti sulitnya memilih pakaian yang tepat ketika baru memulai memakai hijab. Fashion bagi saya hanyalah sebuah alat untuk membuat segala keraguan dan tanda tanya diatas tadi bukan lagi menjadi hambatan bagi para perempuan untuk memantapkan niatnya berhijab. Saya melanjutkannya dengan memulai brand Casa Elana dimana fashion lagi-lagi hanyalah alat agar perempuan yang sudah mantap berhijab, tidak menjadi ragu kalau hijabnya akan menjadi hambatan dia dalam menemukan jodoh, karir ataupun mimpi lainnya di masa depan. Apalagi saat itu hijab identik dengan ibu-ibu cukup umur dengan tampilan yang tidak representative. Namun gebrakan fashion muslim seakan membuktikan kalau berhijab juga bisa representative, modern, diterima oleh khalayak umum tanpa menghilangkan nilai-nilai Islam. Bagian ini saya yakin bisa mengundang banyak pertanyaan, tapi ijinkan saya menjelaskan lebih lanjut mengenai perjalanan perempuan berhijab.
Dikala seorang wanita memutuskan untuk berhijab, tantangan selanjutnya ada pada judgement yang dia dapatkan oleh lingkungan luar. Hijab seakan-akan dinilai sebagai hasil, padahal berhijab bukanlah nilai akhir seseorang, melainkan sebuah proses yang dipilih seorang wanita untuk dekat dengan Allah agar menjadi lebih baik. Kalau masih keluar malem, ngapain pakai hijab? Kamu kan pakai hijab, masa ngajinya masih nggak lancar. Pernyataan dan pertanyaan inilah yang kadang membuat mereka yang berhijab semakin minder untuk membanggakan indentitas Islamnya. Ya udah deh mending buka hijab aja, kayanya emang saya belum siap pakai hijab. Bagi beberapa orang yang terlahir dari keluarga dan lingkungan suportif mendukung apapun cara berhijabmu dan apapun pilihanmu dalam menjalankan keseharianmu, maka beruntunglah dirimu, karena tenyata tidak banyak perempuan yang dianugerahi keyakinan dan lingkungan yang mendukung akan pilihan berhijabnya. Jadi ketika seorang wanita berhijab mendapatkan pertanyaan menyudutkan berkaitan dengan tingkah laku dan pilihan hidupnya, mengertilah bahwa beberapa orang mengalami berbagai ujian yang berbeda. Pemahaman inilah yang ingin saya sampaikan melalui video #empowerchange di HIJUP. Melalui video tersebut saya dan tim ingin menyampaikan bahwa proses berhijab masing-masing wanita berbeda, dan ujian yang diberikan oleh Allah pun berbeda. Penekanannnya bukan pada pilihan hidupnya tapi kepada proses dan bagaimana dia bertahan melalui berbagai ujian tersebut.
Hijab adalah identitas sebagai muslimah. “Eh kamu tahu pelaku pembuat vaksin palsu itu ternyata ibu-ibu pakai jilbab”, ujar seorang teman kepada saya. Miris. Orang begitu mudah mengkaitkan kelakuan seseorang dengan hijab yang dipakai. Hijab adalah identitas dan komitmen besar. Karena ketika kamu melakukan hal buruk, hal pertama yang akan dikaitkan kepada kita adalah hijab yang kita pakai. Karena itulah keputusan menggunakan hijab jangan pernah dianggap sepele. Ada jutaan wanita berhijab lain diluar sana yang akan ikut menanggung malu ketika kita memberikan contoh buruk, karena orang lain bisa dengan mudah mengkaitkannya dengan hijab yang kita pakai.
Ujian terberat bagi wanita berhijab adalah ketika kita harus tetap istiqamah. Menjaga nilai ketaatan kita kepada Allah tidak pernah mudah (dan saya yakin tidak akan pernah mudah), apalagi bagi kita yang berhijab karena begitu kita memutuskan untuk berhijab seakan-akan tidak ada kata mundur, nilai iman kita harus naik terus. Padahal namanya manusia, selama masih diberi nafas, setan pun tidak akan pernah bosan menguji keimanan kita. Sekali waktu kita bisa begitu termotivasi menggebu-gebu ingin umat yang paling taat, semangat memperbaiki diri, beribadah semaksimal mungkin, tapi ada pula kalanya dimana kita merasa kita kalah, kita lemah, dan kita (mungkin) terilhat mundur.
Saya tidak tahu apakah tulisan saya terdengar sebagai bentuk pembenaran atau bukan. Namun harapannya semoga kita sesama muslimah bisa saling menghargai, mengingatkan dalam santun, dan saling mendoakan semoga kita semua diberi kemudahan dalam menjalankan pilihan hidup dan selalu istiqamah menjalankan hijab dalam keseharian kita. May Allah SWT always be with us.
salam #empowerchange