Waktu saya sekolah dulu, kebiasaan mengungkapkan ide atau pendapat belum menjadi sesuatu yang lazim. Kebanyakan orang masih malu-malu, karena ada anggapan bahwa yang sering angkat suara adalah orang yang sok pintar, sok tampil, dan sebagainya. Kebiasaan ini mulai berubah sejak kuliah, saat saya bergabung dengan sebuah organisasi internasional – di mana kebiasaan dan kemahiran mengekspresikan pemikiran adalah suatu hal yang sangat dihargai. Dari saat itu sampai sekarang, saya menjadi sangat yakin bahwa kemampuan menyampaikan ide atau pendapat kita, memang sangat penting dan sangat membantu kelancaran karir dan juga bisnis.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pengetahuan, kreativitas, kerja keras, dan sebagainya sangat penting untuk menemukan ide-ide baru, tapi apabila tidak didukung dengan kemampuan kita menyampaikan ide-ide tersebut ke orang lain – baik untuk berkolaborasi maupun memasarkan, tentunya kemungkinan ide tersebut untuk terwujud pun akan berkurang. Atau lebih tidak enak lagi, ide kita diambil atau diakui orang lain yang punya kemampuan berkomunikasi yang lebih baik.
Sama seperti semua “talenta” lainnya dalam bekerja, kemampuan menyampaikan ide pun bisa dipelajari dan diasah – dan untuk mempermudah proses pembelajarannya, bisa dipecah menjadi beberapa langkah
- Tentukan dulu tujuannya
Sebelum kita berbicara dengan siapapun mengenai ide kita, tentukan dulu : hasil apa yang ingin dicapai dari pembicaraan ini? Apakah ingin mendapatkan partner bisnis baru? Ingin mendapatkan investor? Ingin merekrut pegawai? Apakah hanya sekedar ingin mendapatkan masukan? Beda tujuan, cara kita menyampaikan pun akan berbeda – dan apabila kita tahu persis hasil apa yang ingin kita capai, kita akan lebih percaya diri dalam “menyetir” arah pembicaraan.
- Jangan “ribet”.
Selalu asumsikan bahwa orang yang kita ajak bicara tidak mempunyai banyak waktu untuk kita. Jadi persingkatlah topik yang ingin kita angkat menjadi beberapa poin sederhana yang mudah dimengerti, dan hindari jargon-jargon yang tidak umum. Usahakan semua yang ingin kita sampaikan bisa selesai dalam waktu setengah dari yang dijadwalkan. Misalnya kita mendapat jatah waktu satu jam untuk presentasi, usahakan bisa selesai dalam 30 menit saja – sehingga sisa waktu bisa dipakai untuk tanya jawab atau diskusi yang bisa lebih produktif.
- Latihan, latihan, latihan.
Kalau kamu belum terbiasa dengan topik yang akan dibicarakan, atau belum begitu mengenal audiens-nya – akan sangat membantu untuk terus melatih poin-poin penting yang ingin disampaikan. Ini juga akan membantu menanamkan kepercayaan diri kamu, bahwa kamu lebih ahli mengenai topik ini dari lawan bicara kamu – sehingga Insya Allah pembicaraan akan berjalan lebih lancar.
- Pastikan semua memiliki pengertian yang sama
Bahkan di diskusi yang sudah berjalan lama sekalipun, selalu ada kemungkinan bahwa ada yang memiliki pengertian berbeda dengan yang lainnya. Karena itu, selalu buat rangkuman di akhir pembicaraan mengenai hal-hal yang sudah disepakati, sekaligus buat daftar yang harus dilakukan selanjutnya – supaya ada kelanjutan dari pertemuan tersebut.
- Follow up!
Membuat orang lain mengetahui, menyetujui, dan mendukung ide kita bukan berarti tugas kita sudah selesai. Yang lebih penting adalah memastikan bahwa ide yang kita sampaikan bisa terwujud. Yang penting untuk diingat, apa yang menjadi prioritas untuk kita belum tentu merupakan prioritas bagi orang lain. Jadi, kita harus rajin-rajin follow up untuk memastikan kita mendapatkan hasil yang kita inginkan. Tentunya ada seni tersendiri untuk follow up. Kita tidak bisa terlalu sering maupun terlalu jarang menghubungi pihak lain. Semua tergantung dari kita untuk menentukan waktu dan cara yang paling baik, dan ini hanya dapat kita ketahui sambil melakukannya terus menerus.
Bagaimana kalau kita “anak baru”?
Khusus untuk yang baru lulus dan baru bekerja, atau bahkan mungkin masih magang – biasanya masih berasa sungkan untuk mengutarakan ide, atau bahkan untuk sekedar bertanya – karena merasa takut, jangan-jangan yang ingin ditanyakan atau diungkapkan akan dianggap pertanyaan atau pernyataan bodoh. Saya juga merasakan hal yang sama dulu waktu mulai bekerja, dan saya dinasehati oleh manajer saya, yang sampai sekarang masih menjadi mentor saya.
Kira-kira begini nasehatnya, “Saat baru mulai bekerja, semua orang pasti sudah menganggap kamu tidak tahu apa-apa. Namanya juga anak baru. Manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya, karena periode mereka memaklumi ketidaktahuan kamu ini hanya sebentar. Setelah bekerja lebih dari satu-dua tahun, kalau masih bertanya yang itu-itu juga, sudah tidak dimaklumi lagi – dan bisa menjadi nilai negatif buat kamu.”
Sejak itu saya pun memanfaatkan setiap kesempatan untuk bertanya hal-hal yang tidak saya mengerti, dan memberanikan diri untuk ikut memberikan ide dan pendapat. Semakin sering dilakukan, lama-lama kepercayaan diri mulai terbentuk, dan kemampuan berkomunikasi pun meningkat – dari mulai pilihan kata, struktur kalimat, sampai trik-trik khusus untuk menangani kepribadian yang berbeda-beda. Jadi, kalau kamu termasuk yang merasa sungkan bersuara karena merasa tidak tahu apa-apa – justru sebenarnya ini adalah waktu terbaik, mumpung semua orang masih memaklumi ketidaktahuan kamu.
Ingat, sebagus apapun ide kamu – kalau tidak pernah dibicarakan ke siapapun, kemungkinan besar hanya akan tetap menjadi ide belaka. Jadi, sudah tidak ragu lagi kan mengungkapkan ide-ide cemerlang kamu?
Teks: Desy Bachir