Adab Bertetangga Menurut Rasulullah SAW

Dimanapun kita berada, kita pasti mengenal tetangga: tetangga rumah, tetangga kelas, hingga tetangga teman sebangku di perjalanan. Meskipun hanya disatukan oleh tempat, Islam mengatur adab-adab pergaulan dengan tetangga. Bagaimana adab bertetangga menurut Rasulullah SAW?

Pentingnya tetangga

“Pilihlah tetangga (lihat lingkungannya dulu) sebelum memilih rumah. Pilihlah kawan perjalanan sebelum memilih jalan dan menyiapkan bekal sebelum berangkat (bepergian). (HR. Al-Khatib)

“Malaikat Jibril AS selalu berpesan kepadaku tentang tetangga sehingga aku mengira dia akan menetapkan hak waris bagi tetangga.” (HR. Bukhari)

“Tiada beriman kepadaku orang yang bermalam (tidur) dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu.” (HR. Al-Bazzaar)

Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. “Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang tetangganya tidak aman dari keburukannya.” (HR. Bukhari)

Adab bertetangga

“Hak tetangga ialah bila dia sakit kamu kunjungi dan bila wafat kamu menghantar jenazahnya. Bila dia membutuhkan uang kamu pinjami dan bila dia mengalami kemiskinan (kesukaran) kamu tutup-tutupi (rahasiakan). Bila dia memperoleh kebaikan kamu mengucapkan selamat kepadanya dan bila dia mengalami musibah kamu datangi untuk menyampaikan rasa duka. Janganlah meninggikan bangunan rumahmu melebihi bangunan rumahnya yang dapat menutup kelancaran angin baginya dan jangan kamu mengganggunya dengan bau periuk masakan kecuali kamu menciduk sebagian untuk diberikan kepadanya.” (HR. Ath-Thabrani)

“Barangsiapa ingin disenangi Allah dan rasulNya hendaklah berbicara jujur, menunaikan amanah dan tidak mengganggu tetangganya.” (HR. Al-Baihaqi) .

“Janganlah seorang melarang tetangganya menyandarkan kayunya (dijemur) pada dinding rumahnya.” (HR. Bukhari)


Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak sayur (daging kuah) maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu.” (HR. Muslim)

Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah, … Disebutkan diantaranya: “Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah boleh kematian atau keberangkatannya.” (HR. Ahmad)