Gerhana sebagai salah satu fenomena astronomi ini memiliki perhatian khusus dalam Islam. Saat gerhana bulan atau matahari, seluruh umat Islam dianjurkan untuk berdzikir dan shalat gerhana. Kedua salat ini dianjurkan untuk menghindari kita dari musibah, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Sebelum kita melakukan shalat gerhana, beberapa hal di bawah ini perlu kita ketahui.
1. Waktu Salat Hanya dilakukan Saat Gerhana Terjadi.
Waktu salat gerhana adalah ketika dimulainya gerhana dan setelah gerhana tersebut usai. Dalam arti, kita tidak bisa melakukan salat gerhana dalam waktu yang terlalu jauh dari waktu gerhana tersebut, misalnya satu hari sebelum atau gerhana terjadi. Nabi Muhammad SAW berkata,
“Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari)
2. Siapa yang Melakukan Shalat Gerhana?
Salat gerhana merupakan sunah muakad. Menurut ulama Hanafiyah, sunat muakad berarti jika ditinggalkan akan berdosa, tetapi dosanya tidak sebesar ketika meninggalkan salat fardu. Untuk itu salat gerhana sangat dianjurkan oleh kita (laki-laki maupun perempuan), masing-masing dan bukan untuk diwakilkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Maka, jika kalian melihat gerhana, shalatlah kalian sebagaimana shalat wajib yang kalian lakukan.” (HR. Ahmad)
Salat gerhana lebih dianjurkan untuk orang-orang yang tinggal di tempat terjadinya gerhana. Jika kita tidak berada di tempat tejadinya gerhana, maka kita tidak diharuskan untuk melakukan salat gerhana.
3. Salat Gerhana Berjamaah Lebih Dianjurkan
Salat gerhana boleh dilakukan sendiri-sendiri maupun berjamaah. Nabi Muhammad SAW melakukan salat gerhana secara berjamaah, sehingga kita lebih dianjurkan untuk salat gerhana berjamaah. Hal ini disimpulkan dari hadits berikut.
Aisyah RA menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at. (HR. Muslim)
4. Bolehkan Salat Gerhana Dilakukan pada Waktu Terlarang Salat?
Waktu-waktu terlarang untuk melakukan salat terbagi tiga; yaitu setelah waktu salat subuh sampai matahari terbit, saat matahari tepat berada di atas kepala, dan waktu setelah salat ashar hingga terbenamnya matahari.
Pandangan ulama Hanifiyah, Malikiyah, dan Hanabilah mengatakan bahwa salat gerhana di waktu terlarang ini hukumnya makruh. Lebih baik kita berdzikir dan berdoa saja. Namun, menurut Imam Syafi’i, salat gerhana di waktu terlarang boleh-boleh saja.
5. Gerhana Bukan Merupakan Pertanda Sesuatu, Tetapi Pengingat akan Kebesaran Allah
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim)
Hadits di atas sudah terang menjelaskan bahwa gerhana bukanlah suatu pertanda kematian atau kelahiran seseorang, tapi rasa takut Nabi adalah bentuk keimanannya terhadap kebesaran Allah SWT. Untuk itu, saat gerhana tiba kita dianjurkan untuk tidak hanya mengabadikan momen tersebut berupa foto atau dokumentasi lainnya. Sudah merupakan perintah yang sangat dianjurkan bagi kita untuk beribadah pada saat gerhana tiba, yaitu salat gerhana, dzikir, dan berdoa.