3 Istilah Manusia dalam Alquran

Tiap huruf dan kata dalam Alquran menyimpan makna khusus baik secara tekstual maupun kontekstual. Salah satu firman Allah dalam Alquran banyak membahas tentang manusia. Berikut 3 istilah dan cara Allah menyebut manusia dalam Alquran sebagai cerminan kualitas ruhaninya.

  1. Basyar (Manusia ada, human being)

Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda dengan kulit makhluk lain yang tertutupi bulu. Dengan demikian istilah basyar merupakan gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam pengertian ini disebutkan di dalam Alquran sebanyak 35 kali dalam berbagai surat. Diantaranya terdapat dalam surat Al-Anbiyaa: 2-3, Al-Kahfi: 110, Ibrahim: 10, Hud: 26, Al-Mukminuun: 24 dan 33, As-Syu’araa: 93, Yassin: 15, Al-Isra: 93, dan lain-lain.

Basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being). Singkatnya, basyar adalah manusia dalam arti fisis-biologis. Manusia dilihat sudut fisik tidaklah jauh berbeda dengan hewan. Manusia bisa makan, minum, tidur, sakit dan mati. Begitu pula hewan. Bahkan, bila manusia dan hewan dibandingkan dari segi perbuatan nistanya, maka manusia bisa lebih jahat dan kejam)

  1. Insan/An-Naas (Manusia menjadi, manusia being)

Kata insan diambil dari akar kata uns yang berarti jinak, lawan dari binatang liar; harmonis dan tampak. Namun dari sudut pandang Alquran, barangkali lebih tepat diambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).

Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming). Ia terus-menerus maju menuju ke kesempurnaan. Karakter “menjadi” ini membedakan manusia dengan fenomena lain di alam. Hewan tidak dapat mengubah kondisinya, sedangkan manusia bisa terus berupaya menyempurnakan dirinya serta berevolusi dengan akal dan ilmu. Di tataran ini, manusia sudah mulai memiliki perbedaan daripada hewan.

Alquran sering kali memperhadapkan insan dengan jin. Jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia memiliki ‘badan kasar’ yang nyata dan berwatak ramah dibanding bangsa jin. Kata insan digunakan Alquran untuk menunjuk kepada manusia secara menyeluruh dalam jiwa dan raga.

Sedangkan An-Naas adalah bentuk jamak dari insan. Alquran menyebut manusia sebagai naas dalam statusnya sebagai makhluk sosial yang bergaul dan bermasyarakat serta dalam berbagai contoh perilakunya terhadap Tuhan.

  1. Bani Adam

Manusia disebut sebagai Bani Adam untuk merujuk asal-usulnya sebagai keturunan Nabi Adam AS. Dalam konteks, dari mana seorang manusia berasal, untuk apa dia hidup, dan kemana dia akan kembali. Penggunaan istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia bukan hasil dari evolusi makhluk anthropus (sejenis kera). Manusia dalam pandangan Al-Quran bukan makhluk anthropomorfisme, yaitu makhluk penjasadan sifat-sifat Tuhan.

Alquran menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang agung di dalam dirinya. Di samping itu manusia dianugerahi akal yang dapat membedakan nilai baik dan buruk, sehingga membawa ia pada kualitas tertinggi sebagai makhluk yang bertakwa. Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk yang suci dan mulia, bukan sebagai makhluk yang kotor dan penuh dengan dosa, sebagaimana pandangan mereka bahwa nabi Adam dan Hawa yang diturunkan dari surga karena melanggar larangan Allah merupakan asal mula hakikat manusia sebagai pembawa dosa bawaan (turunan).

Alquran memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi, yang sedang dalaam perjalanan menuju kehidupan spiritual yang suci dan abadi di akhirat kelak, meskipun ia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa ketika melakukan kesalahan di dalam kehidupan dunia